Pengalaman Hidup Ajarkan Berbagi & Peduli

Sebuah kisah nyata yang menggelitik hati seseorang bila membacanya. Pengalaman ajarkan bahwa Hidup Untuk Berbagi diperlukan dalam menjalin sesama.

Tumbuh dari keluarga yang memiliki tingkat ekonomi serba pas-pasan, tak hanya menumbuhkan semangat juang untuk maju. Namun juga menumbuhkan rasa kepedulian sosial yang tinggi bagi Direktur Utama PT Star Indonesia, Iskandar ST. Sebagai wujud kepedulian sosialnya itu, pria yang menjabat sebagai direktur di beberapa perusahaan besar di kota Medan ini pun mendeklarasikan Star Foundation, yang merupakan lembaga nirlaba (no profit) yang konsern membantu peningkatan mutu dunia pendidikan di Sumatera Utara khususnya Medan. Berikut penuturan Iskandar ST pada Sulaiman wartawan Sumut Pos, di food court lantai empat Plaza Medan Fair.

Apa yang melatarbelangkangi keinginan Anda untuk serius terjun ke bidang sosial?

Ini berangkat dari masa lalu kehidupan perekonomian saya yang serba pas-pasan. Saya masih ingat harus mencari uang tambahan untuk biaya sekolah dengan memberikan pelajaran tambahan mulai sejak di bangku SMP. Dan sewaktu kuliah, setiap kali ujian berlangsung, saya harus kucing-kucingan dengan staf administrasi, karena belum melunasi uang kuliah. Untuk bisa terus kuliah selain harus memberikan pelajaran tambahan kepada anak pemilik kos, saya juga harus berjuang untuk bisa hidup dalam kondisi perekonomian yang apa adanya. Sarapan pagi pun terpaksa dirangkap dengan makan siang. Kalau malam kadang hanya makan lontong sate tanpa daging yang akhirnya menjadi langganan saya selama bertahun-tahun.

Jadi ini memang tulus dari keinginan Anda sejak dulu?

Ya, tentu saja. Selain itu saya juga memiliki filosofi hidup yang saya yakini. Sebagai seorang penganut Budha saya sangat meyakini akan adanya hukum karma. Yang berarti setiap orang akan mendapat balasan pada setiap perbuatan yang telah dihasilkannya. Saya memiliki filosofi, bahwa hidup ini terbagi dalam beberapa episode atau bagian yang harus dilaksanakan. Usia 10 ke bawah merupakan masa kanak-kanak untuk bermain, 10-20 masa mengenyam ilmu lewat pendidikan, 20-30 menemukan identitas diri dengan mencari pekerjaan yang sesuai dengan keinginan, 30-40 fase mengumpulkan kekayaan, 40-50 merupakan fase untuk menikmati hidup, 50-60 dan seterusnya memasuki fase untuk berbagi dengan sesama.

Apakah hanya itu?

Tidak! Kondisi pendidikan masyarakat saat ini, di mana masih banyak sekolah yang fasilitasnya jauh dari memadai. Gedung yang kurang layak, atap bocor, tak ada perpustakaan dan sebagainya yang mempengaruhi proses belajar mengajar, sehingga SDM yang dihasilkan pun kurang memadai. Selain itu, program CSR (corporate social responsibility) perusahaan yang belum berjalan maksimal. Setiap perusahaan memiliki program ini, namun mereka seringkali terkendala dalam penyalurannya, yang disebabkan banyak alasan.
Alasan seperti apa yang Anda maksudkan?

Alasan pertama kurangnya kepercayaan perusahaan tersebut terhadap pihak yang menjadi fasilitator. Seringkali terjadi penyimpangan atas laporan yang disampaikan oleh pihak atau lembaga yang bertindak sebagi fasilitator itu. Maka untuk mengantisipasi hal ini, kami menyatakan beda dengan lembaga lain yang di atas kertas mempunyai tujuan yang sama dengan kami. Dalam hal ini Star Foundation benar-benar memposisikan diri sebagai fasilitator, yang hanya bertugas memfasilitasi perusahaan yang ingin benar-benar memberikan bantuan ke sekolah atau siswa yang membutuhkan. Kami tidak menerima bantuan berupa uang tunai ataupun mengumpulkan uang dari perusahaan-perusahaan untuk hal-hal yang tak diinginkan. Seperti korupsi atau mark up dana.

Apa komitmen Anda agar tujuan mulia ini dapat dipercaya?

Tentu harus berpengang teguh pada tujuan utamanya yakni menjalankan misi sosial tanpa mencari sesuatu dan kepentingan apapun. Karena dengan begitu tentu perusahaan maupun masyarakat luas akan semakin percaya dengan lembaga ini. Apalagi teman-teman yang bergabung di Star Foundation ini berasal dari kalangan pengusaha dan profesional, seperti Didit Mahadi Kadar, Sidik Surbakti, Hasan Chandra dan Edi Prayitna.


Apakah sukses sebuah usaha juga tak terlepas dari lingkungan sosial?

Ya, itu tidak bisa dipungkiri. Walaupun posisi saya saat sedang mencari apa yang diinginkan, tetapi dalam perjalanannya, tak lupa untuk mengeluarkan sebagian penghasilan untuk hal bersifat sosial disekitar lingkungan saya . Karena saya percaya apa yang akan dilakukan dengan niat baik, ikhlas pasti kelak akan mendapatkan sesuatu yang baik pula.. Bahkan saya pernah dengar salah seorang terkaya di dunia Bill Gates sudah mempersiapkan dana Rp150 triliunan lebih bantuan yang bentuk sosial yang akan disumbangkan ataupun dibagi-bagi saat memasuki 'pensiunan' di harituanya.

Ini contoh bagaimana seseorang yang begitu mudahnya mendapatkan uang, akan semakin mudah memberikan untuk kegiatan sosial. Yang saya heran ini, ada manusia yang mudah untuk mendapatkan uang banyak, tetapi sulit bahkan tidak mau untuk mendermakan sebagian penghasilan untuk yang berbau sosial. Kalau ada tipe manusia seperti itu, saya heran dan itu bukanlah tipe manusia yang bagus.

Pentingnya untuk turut dalam kegiatan yang berbau sosial ini tak bisa dilepaskan dengan lingkungan yang berada di sekitar usaha kita. Karena kemajuan dan kesuksesan usaha, kenyamanan dan sebagainya yang diperoleh, secara tak langsung di dukung oleh lingkungan sekitar. Jadi sudah selayaknya perusahan-perusahaan yang selama ini mendapatkan hasil dari apa yang direncanakannya turut peduli di bidang sosial.

Mengapa tak konsern ke sektor UMKM, padahal Anda seorang pengusaha yang merintis usaha dari nol?

Begini. Apapun ceritanya mau memajukan usaha kecil, mikro dan menengah (UMKM) ataupun sejenisnya landasan yang terpenting adalah pendidikan. Bila dunia pendidikan memadai, tentu akan menciptakan SDM yang berkualitas. Sehinggga generasi bangsa yang akan menjadi penerus ini sudah mempunyai ilmu dan kemampuan di berbagai ilmu. Mustahil kalau berbicara untuk meningkatkan berbagai sektor seperti UMKM ini, tidak didukung kualitas kemampuan yang memadai dalam menjalankan strateginya. Saya terus terang salut dengan semangat berjuang pelaku usaha kecil dan menengah ini di Medan. Tetapi yang perlu diingat jangan pantang menyerah, maju terus dan konsentrasilah, saya yakin apa yang akan diraih bisa dapat tercapai.

Bisa Anda berbagi pengalaman memulai usaha sampai sukses saat ini?

Tak ada masalah.Kuncinya begini, pilihan jenis usaha yang menurut hati kita sangat disukai. Karena memang saya suka dengan entertainer, maka saya pun memulai usaha membuka event organizer pada tahun 1988 lalu. Saat itu saya menggelar even senam aerobik massal yang kala itu sangat digandrungi oleh masyarakat Medan. Alhasil pelaksanaan even itu berjalan sukses dan saya mendapatkan keuntungan sekitar Rp400 ribu.

Lantas penghasilan itu saya belikan ke kendaraan vespa untuk operasional sehari-hari. Selanjutnya saya pun menggelar even kedua yang terpaksa untuk modal menjual vespa itu kembali. Namun tak seperti yang diharapkan, uang tak kembali, vespa lenyap.

Dalam kondisi itu tentu sangat berat sekali untuk bangkit. Tetapi saya yakin dan optimis dengan kemampuan yang ada, bahwa saya harus bisa menjalankan usaha even organizer itu. Meskipun modalnya pinjam sana sini, akhirnya saya bangkit kembali dan menggelar berbagai even yang akhirnya sukses. Itu tak terlepas bagaimana saya bisa menentukan momen yang tepat untuk menggelar even, lokasi yang tepat dan promosi yang gencar. Jadi hikmah yang saya ambil dari merintis usaha ini, adalah pantang menyerah dan butuh keseriusan. Artinya apa, kegagalan-kegagalan yang dilalui itu menjadi pelajaran berharga untuk melatih kita menjadi mapan dan tangguh

Bagaimana Anda melihat pertumbuhan bisnis even organizer di Medan?

Memang sekarang ini jumlah sangat banyak. Namun tidak semuanya dapat berjalan sukses seperti apa yang diharapkan. Karena sebagian orang yang memulai usaha EO tidak terlalu serius dan hanya mengikuti tren semata dan gemar dengan kehidupan entertainer. Misalkan pergaulan menjadi lebih gaul, jumpa dengan artis-artis dan lain-lain. Tanpa disadari padahal dirinya tidak sepenuhnya suka dengan usaha EO yang dijalankannya. Alhasil baru menggelar satu sampai dua even gagal dan akhirnya tutup.

Bagaimana tidak menyerah, bidang yang ditekuninya tidak sesuai dengan keinginan dan kemampuan dirinya. Ini sangat disayangkan sekali, padahal prospek bisnis EO ini sangat menjanjikan sekali. Dan disinilah dituntut kita untuk bersikap pantang menyerah tadi. Hal-hal seperti inilah seharusnya jauh hari sudah dipikirkan dan direncanakan memulai suatu kegiatan usaha.
2 komentar:

Incidentally, I like the way you have structured your site, it is super and very easy to follow. I have bookmarked you and will be back regularly. Thank you


Web Hosting | Web Design


I have found your blog to be quite useful. Keep updating your blog with in valuable information... Regards

CCTV Karachi


Posting Komentar

Followers

Directory